Selasa, 14 Juli 2015
Sabtu, 04 Juli 2015
Minggu, 26 April 2015
Minggu, 12 April 2015
Cahaya Intelektual dan Spiritual dari Quraish Shihab
Januari 20th, 2014 | Cover Buku Quraish Shihab Nostalgia lama yang hadir nyata! Qurais Shihab seolah hadir guna meyakinkan ummat, bahwa kehebatan kaum Ulama Islam tak tanggung-tanggung. Ulama pembela Islam, selalu berarti orang yang menguasai segala cabang ilmu. Mereka adalah para intelektual ensiklopedik (tahu segala macam bidang). Bahwa kebesaran nama-nama intelektual Islam klasik, dari Ibnu Khaldun, Al Farazi, Ibnu Sina, hingga Ibnu Rusyd, yang fasih dalam multi disiplin ilmu (dari Filsafat, seni, matematika, biologi, sampai astronomi) bukanlah sejarah palsu. Dalam buku ini, berjudul Dia Ada di Mana-Mana, sosok Quraish Shihab kembali menerangi kita dengan cahaya segala cahaya. Pembaca diajak berselancar ke segala detil-detil bidang kehidupan. Sungguh memuaskan otak. Ahli Tafsir Al Quran dari Indonesia ini tak hanya mampu menjelaskan makna ayat Al Quran atau rahasia sebauah hadis. Tapi juga lancar bercerita laksana fisikawan, tatkala membongkar tanda-tanda (ayat) alam semesta. Maka, yang dimaksud Dia Ada di Mana-Mana dalam buku ini, tak lain adalah seluruh unsur, elemen, universum (alam semesta). Penulis buku mengulas apa itu angin, udara, air, api, dalam kaidah sains moderen. Lalu diberi informasi yang sepadan dengan keteranga-keterangan dari Al Quran. Pun, buku Dia Ada di Mana-Mana ini membeber pengertian tuntas tentang manusia, binatang, serta mahluk hidup yang lain. Lalu mengabarkan rahasia yang disebutkan Al Quran atas semua itu. Sebentar jika cuma itu, bukankah telah pernah ada? Semisal dari Maurice Bucqaile, yang menulis Quran, Bibel, dan Sains Moderen? Yang juga membongkar kabar-kabar Quraniah atas segala fenomena alam semesta? Justru di sini istimewanya. Quraish Shihab menekankan satu aspek. Bahwa ada pelajaran penting dari semua itu. Al Quran ketika berbicara tentang gejala alam tak berhenti menceritakan asal muasal, sebab akibat, atau proses lainnya. Melainkan: maksud dan rencana Tuhan atas semua ciptaannya. Allah selalu memiliki maksud tertentu dalam penciptaan alam raya. Mirip ungkapan Einstein, bahwa Tuhan Tidak Sedang Bermain Dadu (alias tak main-main). Membaca buku ini, terpatri keyakinan, bahwa skenario Tuhan memang ada di mana-mana. Bahwa segala sesuatu yang berpasangan, menciptakan harmoni, memberi manfaat, serta membuka resiko tentang baik dan buruk, juga tambah mempertebal keyakinan itu. Pendek kata, penulis buku ini mengurai dunia material dan hubungannya dengan dunia spiritual. Seputik Contoh Dari sekian banyak fenomena yang dikuak dalam buku ini, adalah tentang Cahaya. Dan memang soal ini menjadi salah satu ayat yang menarik perhatian para Ulama sejak dulu. Kutipan dimaksud adalah ayat tentang cahaya, yakni dalam surat An Nur, tepatnya penggalan kata Nur alanur (Cahaya di atas Cahaya). Banyak sudah tafsir tentang ayat ini. Menurut Quraish, ada kesejajaran pesan antara Al Quran dengan sains moderen dalam masalah cahaya. Cahaya �secara material� adalah salah satu bentuk pancaran dari energi yang berpijar (sementara cahaya yang kita tangkap di bumi adalah bersumber dari matahari). Bentuk kemunculan cahaya, memang ada yang alamiah dan ada pula yang hasil buatan. Tetapi, jangan lupa, cahaya juga ada yang bisa ditangkap langsung oleh indera dan tak dapat ditatap oleh mata (halaman: 48). Dalam dunia spiritual pun makna cahaya seperti itu. Dia berasal dari satu sumber (yakni Sang Pencipta). Memiliki energi. Dapat berpijar dan dibuat dalam segala bentuk. Sekaligus �cahaya spiritual� ada yang bisa ditangkap langsung dan juga tidak. Terkhusus tentang ayat cahaya dalam Surat An Nur, penulis menjelaskan bahwa hal itu adalah perumpamaan yang sangat jelas tentang Cahaya Allah. Nur atau cahaya dalam ayat tersebut adalah penanda kebenaran Allah, yang tak bisa goyah, abadi, berlapis-lapis, dan sangat sempurna. Kita kaum awam, jelas Quraish, harus berusaha memperoleh cahaya itu. Tentu dengan kemampuan dan kapasitas masing-masing. Agar perjalanan kita memperoleh penerang, terhindar dari sesat. Tentang Otak Isi lain yang sama menariknya dari buku ini adalah kutipan sumber-sumber keilmuan mutakhir. Penulis dengan tekun menelisik setiap tema yang diungkap dengan mengutip riset para pakar. Misalnya, ketika membincang otak, Quraish menukil pendapat Dokter Taufiq Passiak (pakar neurosains Indonesia). Berikut kutipannya: Ada sel dalam otak yang yang berfungsi memberi makan neuron (jumlahnya sepuluh kali lebih banyak dari jumlah neuron). Sementara ukuran neuron adalah sama dengan sehelai rambut yang dipotong jutaan kali. Namun triliunan sel itu berkomunikasi dan berjalin dengan baik. Dokter Taufiq juga membuat perbandingan otak manusia dengan mikropresesor. Lay out mikropresesor hanya berbentuk dua dimensi. Sedangkan otak manusia tiga dimensi. Jumlah alat untuk mikropresesor itu sebanyak lima juta, sedangkan alat otak lima milyar. (Lihat halaman: 135). Sungguh mengagumkan ciptaan Allah. Menurut perspektif Al Quran, akal (atau aql) memiliki arti harfiah sebagai tali. Yakni yang mengikat manusia dari kebuasan nafsu, serta menghalangi manusia dari kesalahan serta dosa. Membaca semua uraian buku ini, sangat pantas jika kita sebut Quraish Shihab adalah sumur tanpa dasar.
Langganan:
Postingan (Atom)